GD

Terompet Tahun Baru

Oleh: MAS Hikam

 

Pagi itu sehabis mengajar mengaji Al-Qur’an untuk siswa Diniyyah, Pak Kyai (K) kedatangan tamu, seorang perempuan (P) yg tampaknya bukan orang dari kampung beliau. Ternyata tamu itu dari kecamatan yang agak dekat dengan Kota. Setelah beramah tamah dan minum kopi pagi, dialog pun berlangsung.

K: “Ibu ada maksud apa kok pagi-2 sudah ke sini?”

P: “Maaf, Yai, saya sedang punya masalah terkait dengan pekerjaan.”

K: “Oh gitu. Kira-2 saya ini bisa bantu apa?”

P: “Kalau tak keberatan saya mohon pandangan Yai, soal boleh atau tidaknya pekerjaan saya itu.”

K ( heran): “Lho, emangnya apa kerja sampean, bu?”

P: “Saya kerja serabutan, Yai. Intinya berjualan mainan yang lagi laku saat itu. Sekarang saya rencana mau jualan terompet untuk Tahun Baru, tapi ragu-ragu.”

K : “Kenapa?”

P: “Saya baca di medsos katanya merayakan Tahun Baru itu tidak Islami. Karena bukan tahun baru Islam. Jadi kalau saya jualan terompet berarti ikut mendukung. Malah ada Hadisnya, “Siapa yang berlaku mirip dengan suatu kelompok, maka ia berarti bagian dari kelompok itu.” Kan dosa saya, Yai?”

K: “Waduh, waduh… itu kejauhan bu. Sampeyan malah harusnya dapat pahala, bukan dosa, hehehe…”

P (kaget): “Lha kok bisa Yai?”

K: “Pertama, sampeyan mencari dan mendapat nafkah utk keluarga. Kedua, sampeyan ikut membuat orang lain gembira dan bahagia. Ketiga sampeyan ikut menjaga kebersamaan warga. Keempat, kalau mengikuti orang lain dalam hal-2 yang baik, tentu ikut baik…”

P ( memotong): “Tapi Yai, Tahun Baru itu kan bukan tahun baru Islam?”

K : “Lha kita kan memakai tahun Masehi juga dalam berbagai kegiatan kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Di Arab Saudi saja sekarang tahun Masehi digunakan Pemerintah. Lagipula kalau banyak Tahun Baru dari segala macam tradisi, kan makin menarik dan menggembirakan orang banyak toh?”

P : “Kayaknya gitu Yai..”

K : “Merayakan pergantian tahun itu baik- baik saja. Yang penting tidak menciptakan kerusakan. Caranya bisa macam-2. Mulai dari meniup terompet sampai berdoa dan/ atau kenduri. Tidak merayakan juga gak masalah.”

P : “Terimakasih Yai, atas pandangan panjenengan..”

K : “Dan ingat, ada Hadits yang mengatakan bahwa beragama itu mudah. Janganlah berlebih-2an. Tapi bukan berarti mempermudah dalam arti menyepelekan agama… Sampean jualan terompet Tahun Baru silakan, tapi jangan lupa sholatnya..”

P : “Suwun Yai, saya pamit dulu; mau siap2 jualan terompet..”