GD

Warisan Bani Israil yang Dipelihara dan Inovasi dalam Agama Islam (Bagian 2) (Gayatri WM)

Oleh: Gayatri WM

 

FAQ Frequently Asked Questions

Beberapa pertanyaan menarik akan saya jawab sebelum melanjutkan poin-poin mengenai warisan dan inovasi dalam paparan ini.

Sumber-sumber Rujukan. Saya bertanggungjawab penuh atas semua tulisan saya dengan latar belakang pendidikan formal sarjana sejarah, non-sarjana teologi, studi komparasi agama dan filsafat di beberapa kampus termasuk kampus Kepausan di Roma dan kampus Syiah cabang Qum, serta latar belakang pendidikan informal sesuai tradisi transmisi ilmu secara personal, melalui mentoring sejak delapan tahun lalu oleh Prof. Dr. Thomas McElwain.

Salah satu mahakarya beliau ialah The Beloved and I: New Jubilees Version (TBI: NJV), berisi lima volume terjemahan dan syarahan Taurat, Zabur, Injil dan Alquran. TBI:NJV ialah rujukan utama saya. Untuk memahami TBI:NJV, saya harus membaca berbagai Alkitab dan Alquran, Enam Kitab Hadis Sunni, Empat Kitab Hadis Syiah, Empat Kitab Hadis Yahudi, Tradisi Bapa-bapa Gereja, kitab-kitab atau risalah-risalah yang Anda bisa baca dalam laman “Early Christian Writings” dan “Early Jewish Writings”, karya-karya Mazhab Revisionis Jerman seperti Angelika Nieuwirth dan Gabriel Said Reynolds, buku-buku sejarah Islam, Kristen dan Yahudi, serta kitab-kitab karya para teolog Protestan dan Yahudi.

Apa yang saya tulis merupakan hasil rangkuman dari seluruh studi personal saya maupun dari hasil mentoring dan studi formal baik berijazah sarjana maupun bersertifikat lainnya. Tradisi iman yang saya anut, melalui mentoring personal tersebut, memberikan saya otonomi, kemerdekaan, bahkan otoritas dan legitimasi untuk berijtihad dan berdakwah sehingga tidak harus selalu sepakat dengan mentor saya, atau tidak perlu taklid kepadanya.

Saya berkepentingan untuk menyampaikannya terlebih dahulu sebelum saya terbitkan dalam satu buku oleh karena mengingat kondisi kesehatan saya yang tidak menentu. Sebagai odapus saya merasa berkewajiban untuk mengisi saat-saat istirahat saya dengan apa yang saya pikir perlu saya bagikan, siapa tahu usia saya tidak lama lagi harus berakhir.

Isra’ Mikraj. Menurut saya, peristiwa Isra’ Mikraj dengan maksud cerita perintah Allah akan turunnya salat lima kali sehari, ialah fabrikasi atau dongeng sebelum tidur untuk menanamkan doktrin pentingnya melakukan salat. Pada faktanya, umat Kristen Ortodoks masih menjalankan salat bersujud dalam tiga, lima atau tujuh kali sehari dalam tiga waktu sebagaimana dalam Kitab Daniel. Begitu pun umat Yahudi Ortodoks. Sepengetahuan saya, kisah Isra’ Mikraj tidak dikenal dalam Syiah, kecuali kisah itu berkenaan mengenai pengurapan Muhammad sebagai Nabi, atau terkait dengan maqam Muhammad sebagai Rasulullah.

Minyan Pada Bulan Tevet. Nabi Muhammad tidak melakukan minyan pada bulan Tevet yang dikenal sebagai taraweh, kecuali minyan biasa karena menyambut hari pertama Tevet. Seperti yang telah saya katakan, Tevet dapat dirayakan satu hingga sepuluh hari saja dengan berpuasa (ta’anit) atau memberi santunan kepada fakir miskin (tzedaqa) sebagai bentuk pertobatan (teshuva). Dalil berpuasa ini ada dalam Kitab Zakaria. Mazhab fikih Jafari hanya mengenal salat individual sepanjang bulan Tevet, yang dilakukan pada malam hari sesudah ibadah salat besar yang dikenal sebagai salat Maghrib dan Isya’. Salat individual malam hari ini ialah bentuk ibadah minor. Khalifah Umar sendiri pernah berkata bahwa, “Taraweh ialah sebaik-baik inovasi.”

Inovasi tidak selalu buruk, dan bukan selalu salah. Bagi saya, Allah pasti akan menilai ibadah seseorang dalam bentuk apa pun karena pada dasarnya semua persembahan manusia bagi Allah sejak zaman Adam ialah inovasi manusia sendiri untuk mendekatkan dirinya kepada-Nya. Sering kali, inovasi diadakan untuk mengetahui seseorang ialah pengikut siapa.

Minyan Jum’at Minyan Jum’at berkenaan dengan Hari Persiapan menjelang Sabat. Minyan ini merupakan tradisi umat Yahudi di Yathrib, sebagai bentuk ibadah minor dan bukan ibadah besar sebagaimana perayaan Sabat itu sendiri. Lima teks dalam Alquran dengan tegas mengukuhkan perayaan Sabat, dan bukan menyatakan perubahannya kepada perayaan Jumat dengan minyan, meskipun surah Jumuah menyatakan ajakan untuk salat pada hari Jumat. Tetapi, hal tersebut terkait dengan Hari Persiapan dalam tradisi umat Yahudi di Yathrib, dengan mendakwahkan agar mereka mencari rahmat Allah sesudahnya. Apakah rahmat Allah di sini bersifat materi dan harta benda? Maksud dari ayat surah Jumuah itu pasti semestinya selaras dengan lima teks lain dalam Alquran mengenai perintah menjalankan Sabat.

Umat Syiah juga tidak mewajibkan salat Jumat berjamaah, dan bahkan apabila mengadakan salat Jumat berjamaah hanya di satu pusat masjid agung maka peserta salat Jumat juga wajib melakukan salat Zuhur. Ini adalah bentuk contoh minyan Jum’at yang paling mendekati tradisi di Yathrib pada masa Muhammad, dimana salat siang hari (Zuhur) tetap dianggap sebagai ibadah besar, sedangkan minyan Jumat itu sendiri sebagai penyambutan Sabat ialah ibadah minor.

Keberagaman Versi Apa yang saya sampaikan memang akan berbeda dengan apa yang arus utama Muslim ketahui selama ini. Saya telah dan terus tetap mempelajari berbagai versi sejarah Islam, berbagai hadis dari berbagai mazhab dalam Islam, maupun dari Kekristenan dan Yahudi. Tetapi, apa yang saya sajikan dipilih berdasarkan hal-hal yang selaras dengan tradisi iman yang saya anut, sebagaimana juga terekspresikan dalam TBI:NJV.

Silakan bagi yang tetap menganut dan menerima tradisi imannya, meyakini versinya, dan bahkan tidak sependapat dengan saya. Tetapi, jangan berusaha memaksakan saya mengikuti tradisi Anda, karena saya pun tidak memaksakan, hanya berbagi saja. Saya suka membagikan apa yang saya ketahui dan terima. Sebagaimana para darwis pengembara, kami tidak punya organisasi besar, aliran saya tidak punya seminari atau perguruan tinggi juga kantor pusat dan gedung apa pun, apalagi suatu negara. Pada era keterbukaan publik ini, semoga yang saya bagikan dapat setidaknya memperkaya khazanah pengetahuan Anda dan begitu pula setiap tanggapan dan pertanyaan juga memperkaya saya. Terimakasih banyak!

Rahayu,
RA Gayatri WM