GD

Sejarah Sedih dan Bahagia

Kitab Badai’ az-Zuhur karya Imam As-Suyuthi, lanjutan dari Awal Mula Izrail ditugaskan sebagai Malaikat Pencabut Nyawa

 

Imam ats-Tsa’labi kembali menjelaskan bahwa setelah segenggam tanah diambil maka bumi pun menangis merasakan kehilangan. Lalu Allah Swt. berfirman padanya: “Sungguh suatu saat nanti Kukan kembalikan lagi apa yang telah Kuambil darimu.” Hal ini sebagaimana firman Allah dalam QS. Thaha ayat 55:

مِنْهَا خَلَقْنَاكُمْ وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً أُخْرَىٰ

“Dari bumi (tanah) itulah Kami jadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain.”

Diutuslah Malaikat Izrail As. oleh Allah Swt. agar segenggam tanah itu diletakkan di pintu surga. Kemudian Allah mengutus Malaikat Penjaga Surga, yaitu Ridhwan As., agar dari segenggam tanah tadi dijadikan adonan dengan dicampur air dari Bengawan Tasnim. Lalu Allah Swt. mengutus Jibril As. agar mendatangkan segumpal tanah yang putih, yaitu hati atau intisari bumi. Dan darinya Allah menciptakan para nabi. Kemudian Allah mencampur tanah tersebut dengan air sehingga menjadi adonan yang besar.

Disebutkan dalam sebuah syair:

يا مشتكى الهم دعه وانتظر فرجا … ودار وقتك من حين الى حين
ولا تعاند اذا أصبحت في كدر … فانما أنت من ماء ومن طين

“Wahai yang mengadukan kesusahan. Tinggallah ia dan tunggulah solusi baginya. Waktumu terus berputar dari masa ke masa. Jangan kau tentang jika saat mengeruh, karena sesungguhnya kamu tercipta dari paduan air dan tanah.”

Setelah menjadi adonan, ia dibiarkan selama 40 tahun sehingga menjadi tanah yang keras. Kemudian dibiarkan lagi selama 40 tahun sehingga menjadi seperti batu bata. Kemudian baru dibentuk jasad lalu diletakkan di jalan yang mana para malaikat biasa melewatinya saat mau naik atau turun. Di situ juga dibiarkan selama 40 tahun. Allah Swt. berfirman dalam QS. al-Insan ayat 1:

هَلْ أَتَى عَلَى الْإِنْسَانِ حِينٌ مِنَ الدَّهْرِ لَمْ يَكُنْ شَيْئًا مَذْكُورًا

“Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?”

Ibnu Abbas Ra. berkata: “Yang dimaksud masa tersebut adalah 40 tahun.”

Imam ats-Tsa’labi menjelaskan bahwa ketika Allah Swt. membuat adonan pada tanah liat Adam, Ia menyiramnya dengan hujan kesedihan dan kesusahan selama 40 tahun. Kemudian Ia menyiramkan hujan kebahagiaan selama 1 tahun. Maka dari itu dalam kehidupan ini susah itu lebih banyak daripada senang, dan sedih lebih banyak daripada bahagianya.

Dalam syair yang lainnya dikatakan:

أي شيئ يكون أعجب من ذا … لو تفكرت في صروف الزمان
حادثات السرور توزن وزنا … والبلايا تكال بالصيعان

“Jika kamu berfikir pada pergantian zaman, manakah yang lebih mengagumkan daripada ini? (susah lebih banyak daripada senang). Datangnya kebahagiaan itu bisa ditimbang, dan cobaan itu bisa ditakar dengan cetakan.”