GD

Akhlak dan Adab

Part 1.

Dalam diri, ada dua pilihan keberadaan. Memelihara KEKERDILAN (ego) , melawan KESEMESTAAN (Tuhan) .

Kerdilnya ego, adalah bersuka pada cangkang identitas. Sebagaimana animal kingdom, selalu terjadi territorial conflict dengan semua di luar kesamaan identitas (ego)nya.

Kekerdilan diri, demi “berlindung”, akan selalu memupuk permusuhan. (perlu ingatan kebencian yang banyak)

Kesemestaan dalam diri, adalah ketika terbangun teritori yang begitu luasnya, sebatas luasnya alam semesta. Yang mana semua di dalamnya adalah satu keluarga, SATU NAFAS.

Saking luasnya,….. sehingga dirinya adalah selalu mengingat kebersamaan kesemestaan Tuhan.

Man ‘Arafa Nafsahu, Faqad Arafa Rabbahu. “Siapa yang mengenal dirinya, akan mengenal Tuhan-nya”. (animal territory vs ke maha akbar-an).
(otak reptil, otak mamal vs prefrontal cortex)

Part 2.

Pada muasalnya.

Bani Adam diciptakan sebagai makhluk pertama yg memiliki tools for self development by self learned intelligence.

Selanjutnya, pd puncak kemanusiaannya, bani Adam menciptakan tools yg sama, yg kini ramai disebut Artificial Intelligence.

Sudah sampai kita pada Estafet alam terakhir.
Seperti hal nya pada muasalnya, saat tools “kemampuan – kebersamaan Pencipta” mendapat tantangan keras (lihat Al baqarah 30). Maka zaman now bani Adam pun berada pada tantangan yg sama.

“Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu yang mana mereka akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Sayangnya bani Adam bukan lah Tuhan.

Part 3.

Ada 124.000 nabi, dan 312 rasul. Untuk mengatasi persoalan manusia, senang memandang benda.

Dimana bahkan Tuhan pun musti dicitrakan oleh benda dan gambar. Penyembahan berhala, idola dan simbol2, adalah penyederhanaan Tuhan, yg cukup diwakilkan oleh benda.

Manusia2 ini ketika beribadah seringkali secara khauf (halus) terjebak dalam bersyariah. Misal, pada tulisan2 Arab (bertuliskan Allah & Muhammad sekalipun). Misal memandang kedekatan Tuhan dengan jenggot, pakaian, tempat2 suci. Yang mana kadar hakikat menjadi terhijab.

Cahaya itu dari dalam memancar ke luar. Bukan sebagaimana hukum refleksi lensa, dimana cahaya bersumber dari luar.

Semua benda2 itu baharu, tak pantas disandingkan dengan keberadaan Allah SWT. Apapun alasannya

Part 4.

Ada pohon mangosteen, maka dia berbuah, buahnya manggis.

Ada manusia, maka dia berbuah, buahnya adab dan serta akhlak. (biar mudah, anggap 1 paket aja dulu adab = akhlak, walaupun sbnrnya beda).

Buah manggis yg nikmati bukan pohonnya. Manis atau pahitnya, suka atau tidaknya, yg nilai kelelawar atau manusia. Di nilai apa kah bermanfaat atau tidak.

Manusia semua sama saja. Bedanya di adab nya, apakah bermanfaat?

“Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah.(=adab). Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni)

Sebelum adanya manusia, maka hukum Allah (sunatullah) itu sempurna apa adanya. Wahyu Allah diserap langsung para makhluk, yg ujungnya adalah keseimbangan alam. (terjaga dari awal sd akhir).

Ketika manusia diciptakan, maka berlakulah aturan “manusia”, kaitannya ttg kehadiran, perilaku dan hubungan dgn makhluk2 lainnya (alam) . Maka lahirlah hukum adab.
Para nabi dan rasul, adalah penetap adab ini. Ketika nabi itu membawa kitab, maka disebut sbg agama. Kitab ini sekedar tulisan saja, karena ratusan ribu nabi tidak berkitab. Ada apa tidak ada kitab, isi nya sama, mempelajari adab. Adab akan maksud penciptaan manusia lahir di dunia. Apa yg diharapkan (=manfaat, =buah), dan apa yg dibawa pulang (atas prestasi nya di muka bumi, sbg pengikut adab yg menghasilkan buah yg TERPUJI (bahasa arabnya Ahmad). Dgn titel Yang Terpuji (=Muhammad).

Itulah adab, terkait maksud kehadiran di dunia. Untuk menjadi bermanfaat.

Adab ini yg memberi perbedaan umat.
Semua nabi dan kitab (yg konon dibeda2kan sbg Taurat, Zabur, Injil, Alquran), adalah satu dan sama. Membangun umat dgn adab.

Kata imam Abu Hanifah:
“Kisah-kisah para ulama dan duduk bersama mereka lebih aku sukai daripada menguasai beberapa bab fiqih. Karena dalam kisah mereka diajarkan berbagai adab dan akhlaq luhur mereka.”

Dari ‘Ali bin Abi Tholib

أسأل الله أن يزرقنا الأدب وحسن الخلق

Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar mengaruniakan pada kami adab dan akhlak yang mulia.

“Allah tidak akan mencabut ilmu dari seseorang secara keseluruhan dalam suatu waktu, melainkan secara perlahan-lahan dengan hilangnya ulama, sehingga rusaklah ilmu yang menyebabkan hilangnya adab. Setelah itu muncullah pemimpin palsu yang merusak.”

Lebih dalam sedikit singgung soal akhlak.

“Kaum mukminin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya di antara mereka..” (HR. Tirmidzi).

Akhlaq itu dari khuluq (perangai) dan khuluq ini dari khalaqa yaitu mencipta atau mengadakan atau mewujudkan. Jadi, akhlaq adalah pemenjadian manusia sebagai tajalli dari al-Khaaliq. Bahasan akhlaq ini teramat mendalam dan terinci, hingga kalau dapat dikaji dengan baik dan diamalkan, maka manusia akan berakhlaq dengan akhlaq Tuhannya. Artinya menjadi tajalliNya (Tuhan) dalam segala wujud dan keadaannya (manusia).

Jelas bedanya akhlak dan adab?

Silakan beradab