GD

Mocopat Asmaradana dan Peran Perempuan dalam Bela Negara

Oleh: Minardi, S.IP, (Ketua LTN PCNU Klaten, AIS Nusantara, Mahasiswa Pascasarjana Ketahanan Nasional UGM Kelas Kemenpora)

 

ASMARADANA
Anjasmara ari mami (Anjasmara Andidaku)
mas mirah kulaka warta (permata hati carilah berita)
dasihmu lan wurung layon (kekasihmu tak urung jadi mayat)
aneng kutha Prabalingga (berada di kota Prabalingga)
prang tandhing Wurungbhisma (bertempur melawan Wurubhisma)
karia mukti wong ayu (tinggallah berbahagia wahai kekasihku)
pun kakang pamit palastra (Kakanda memohon diri untuk mati)

Ungkapan: “Di belakang Laki-laki hebat ada Wanita luar biasa” nampaknya bukanlah isapan jempol semata. Di dalam Islam ada sederatan nama wanita-wanita tangguh penegak Tauhid, seperti: Bunda Aisah, Bunda Maryam, Bunda Khatijah ra, dan sebagainya. Namun, di Jawa sendiri juga terdapat sederetan nama-nama wanita tangguh yang terkenal dengan kesetiaan kepada suaminya. Baik di dalam dunia pewayangan Jawa maupun dalam legenda Jawa, yang bisa diteladani kebaikannya.

Syair di bawah ini sangat familiar di telinga masyarakat Jawa. Biasanya disenandung saat pernikahan sebagai bentuk cinta kasih. Mengingat bahwa Mocopat yang dipakai adalah Asmaradana yang melambangkan Cinta Kasih. Asmaradana sendiri merupakan tembang yang memiliki watak atau karakter yang menggambarkan cinta kasih, asmara dan juga rasa pilu atau sedih. Mocopat yang merupakan Karya Kanjeng Sunan Giri ini secara lebih luas bukan sekedar percintaan dengan lawan jenisnya namun Cinta kepada Allah dan segenap Ciptaan NYA.

Dalam hal ini, Asmaradana ‘Anjasmara Ari Mami’ dan merupakan Bentuk Kesetiaan Istri Seorang Prajurit. Jika kita hubungan dengan cerita rakyat yang sangat terkenal yaitu mengenai Dhamar Wulan dan Minak Jinggo, maka syair mocopat ini adalah bagian dari kisah itu. Kalau di dalam sejarah, kisah ini adalah Perang Paregreg. Perang Paregreg adalah perang antara Majapahit istana barat (Trowulan) yang dipimpin Wikramawardhana, melawan istana timur (Blambangan) yang dipimpin Bhre Wirabhumi. Ini disebabkan karena perebutan kekuasaan antara Istana Barat dengan Istana Timur. Walaupun dalam cerita rakyat ini merupakan bagian dari kisah cinta bertepuk sebelah tangan dari Minak Jinggo kepada Suhita atau Kusumawardhani atau Ratu Kencana Wungu.

Bhre Wirabhumi atau Minak Jinggo atau Wurubhisma atau Jaka Umbaran sangatlah sakti. Salah satunya disebabkan karena memiliki pusaka berupa gada yang bernama Gada Wesi Kuning. Disebutkan, Majapahit Istana Barat di Trowulan kehabisan panglima dan pasukan. Karena perang ini berlangsung terus-menerus dan lama. Rakyat banyak menjadi korban, sukar pangan, sandang dan pakaian. Ini merupakan mempercepat kemunduran Majapahit. Banyak prajurit yang gugur, tidak sedikit panglima yang kalah perang dengan Minak Jinggo. Kisah ini akan bersambung dengan Kisah Asmara serupa yaitu Sri Uning dan Wiratmaya dari Tuban, yang diabadikan dalam tembang Jawa juga. Sampai pada akhirnya tampil pemuda desa yang bertekad membela Tanah Airnya. Pemuda desa ini bernama Dhamar Wulan atau Wikramawardhana.

Dalam mocopat tersebut dikisahkan mengenai saat-saat kritis Dhamar Wulan saat melawan Minak Jinggo di Probolinggo. Dhamar Wulan mendapatkan tugas negara untuk menjaga Keutuhan Negara dari separatisme. Namun bagaimanapun Minak Jinggo yang menjadi musuhnya ternyata lebih kuat dan sakti. Di dalam kesakitan atas luka-luka kekalahan yang dialaminya dia teringat akan istrinya yang selalu setia mendampinginya dari 0 (nol) ibaratnya. Dia diminta mencari kabar keadaanya perang yang dipimpin suaminya. Suaminya pasti akan mati di Probolingga jika tidak mendapat pertolongan Tuhan. Segala daya, upaya, tenaga, pikiran, harta dan doa sudah dilakukan semuanya namun nampaknya gagal total. Suaminya dalam titik nadir, tidak ada jalan lain kecuali kalah dan mati atau menyerah. Dengan dorongan doa dari Anjasmara akhirnya Minak Jinggo berhasil dikalahkan. Tetapi penderitaan Dhamar Wulan juga belum berakhir juga. Bahkan setelah Minak Jinggo mati pun, masih dikhianati saudara-saudaranya Anjasmara. Saudara Anjasmara yaitu Layang Seta dan Layang Kumitir yang menusuk dari belakang Dhamarwulan.

Maka dari situ Anjasmara dalam keadaan bersedih berprihatin dan berdoa kepada Tuhan untuk selalu menjaga suaminya. Maka, atas Kehendak Tuhan, kondisi jalannya perang berbalik 180 derajat, Dhamar Wulan keluar menjadi pemenang. Dhamar Wulan mendapat ganjaran setimpal dengan pengorbanannya. Memang di situ Dhamar Wulan menjadi suami Ratu Kencana Wungu yang otomatis menjadi Raja Majapahit. Tetapi bagi saya, itu hanya simbolis saja. Mengingat dalam dunia pewayangan, Arjuna itu selalu mendapatkan hadiah istri kalau menang dalam sayembara atau perjuangan. Demikian pula ini, istri atau wanita hanya simbol pengakuan tertinggi kalau dia berhasil memenangkan perjuangan. Bukan dimaksudkan untuk mendua atau poligami. Namun, ditekankan jika Anjasmara hidup bersama dengan Dhamar Wulan dalam bahagia.