GD

Simtudduror Dan Ulama Nusantara

Ayahanda Al Habib Ali bin Muhammad Alhabsyi muallif simtudduror adalah beliau, Habib Muhammad bin Husain, adalah seorang Mufti Syafi’iyyah di Kota Makkah sejak tahun 1270 H, menggantikan Syaikh Ahmad Dimyathi yang wafat.

Setelah kewafatan Habib Muhammad bin Hussin al Habsyi, jabatan Mufti dipegang oleh Sayyid Ahmad Zaini Dahlan. [Diantara ulama Indonesia yang sempat berguru kepada Habib Muhammad bin Husain al Habsyi ialah Syaikh Arsyad Thawil Banten, Jawa Barat. Beliau juga berguru kepada putra Habib Muhammad, yang berarti kakak dari Shohibul Maulid, yakni al-Muhaddits Al Habib Husain bin Muhammad bin Husain al Habsyi. Syaikh Mahfuzh Termas dan Hadlrotussyaikh Hasyim Asy’ari juga belajar hadits kepada al-Muhaddits Al Habib Husain bin Muhammad bin Husain al Habsyi, yaitu saudara kepada Habib ‘Ali al-Habsyi Shohibul Maulid.

Diceritakan suatu ketika dimasa hidup Habib Alwi bin Ali Alhabsyi putra sohibul maulid yang dimakamkan di Solo, beliau pernah didatangi oleh Hadrotus Syaikh Kyai Hasyim Asy’ari dalam perjalanannya dari Jombang menuju Tegal mampir ke Solo untuk menemui Habib Alwi dengan niatan menyambung silaturahmi. Dalam pertemuan tersebut beliau banyak bercerita tentang pengalaman beliau menjadi murid Habib Husein kakak dari Habib Ali sohibul maulid yang berarti adalah paman dari Habib Alwi. Dikisahkan itu oleh Al Habib Muhammad Anis bin Alwi AlHabsyi Solo.

Kemudian banyak pula ulama yang berguru kepada para murid Habib Ali yang ada di seantero nusantara. Misalnya ulama yang ada disekitar pasuruan seperti Kyai Ahmad Qusyairi dan Kyai Ali Murtadho berguru kepada Habib Alwi bin Seggaf Assegaf. Kyai Abdul Hamid berguru kepada Habib Ja’far bin Syaikhon Assegaf. Ketika ada khaul Habib Ali sohibul maulid di Solo para kyai beserta santrinya berbondong-bondong ke Solo. Begitu juga didaerah lainnya seperti jakarta, jawa barat, dll.
💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖

Al-Habib Al-Imam Al-Allamah Ali bin Muhammad bin Husin Al-Habsyi dilahirkan pada hari Jum’at 24 Syawal 1259 H di Qasam, sebuah kota di negeri Hadhramaut. Beliau dibesarkan di bawah asuhan dan pengawasan kedua orang tuanya: ayahandanya Al-Imam Al-Arif Billah Muhammad bin Husin bin Abdullah Al-Habsyi dan ibundanya As-Syarifah Alawiyyah binti Husain bin Ahmad Al-Hadi Al-Jufri, yang pada masa itu terkenal sebagai seorang wanita yang solihah yang amat bijaksana.
Pada usia yang amat muda, Habib Ali Al-Habsyi telah mempelajari dan mengkhatamkan Al-Quran dan berhasil menguasai ilmu-ilmu dzahir dan batin sebelum mencapai usia yang biasanya diperlukan untuk itu. Oleh karenanya, sejak itu beliau diizinkan oleh para guru dan pendidiknya untuk memberikan ceramah-ceramah dan pengajian-pengajian di hadapan khalayak ramai, sehingga dengan cepat sekali, beliau menjadi pusat perhatian dan kekaguman serta memperoleh tempat terhormat di hati setiap orang. Kepadanya diserahkan tampuk kepimpinan tiap majlis ilmu, lembaga pendidikan serta pertemuan-pertemuan besar yang diadakan pada masa itu.
Selanjutnya, beliau melaksanakan tugas-tugas suci yang dipercayakan padanya dengan sebaik-baiknya. Menghidupkan ilmu pengetahuan agama yang sebelumnya banyak dilupakan. Mengumpulkan, mengarahkan dan mendidik para siswa agar menuntut ilmu, di samping membangkitkan semangat mereka dalam mengejar cita-cita yang tinggi dan mulia.
Untuk menampung mereka, dibangunnya Masjid “Riyadh” di kota Seiwun (Hadhramaut), pondok-pondok dan asrama-asrama yang diperlengkapi dengan berbagai sarana untuk memenuhi keperluan mereka, termasuk soal makan-minum, sehingga mereka dapat belajar dengan tenang dan tenteram, bebas dari segala pikiran yang mengganggu, khususnya yang bersangkutan dengan keperluan hidup sehari-hari.
Bimbingan dan asuhan beliau seperti ini telah memberinya hasil kepuasan yang tak terhingga dengan menyaksikan banyak sekali di antara murid-muridnya yang berhasil mencapai apa yang dicitakannya, kemudian meneruskan serta menyiarkan ilmu yang telah mereka peroleh, bukan sahaja di daerah Hadhramaut, tetapi tersebar luas di beberapa negeri lainnya – di Afrika dan Asia, termasuk di Indonesia.
Di tempat-tempat itu, mereka mendirikan pusat-pusat dakwah dan penyiaran agama, mereka sendiri menjadi perintis dan pejuang yang gigih, sehingga mendapat tempat terhormat dan disegani di kalangan masyarakat setempat. Pertemuan-pertemuan keagamaan diadakan pada berbagai kesempatan. Lembaga-lembaga pendidikan dan majlis-majlis ilmu didirikan di banyak tempat, sehingga manfaatnya benar-benar dapat dirasakan dalam ruang lingkup yang luas sekali.
Beliau meninggal dunia di kota Seiwun, Hadhramaut, pada hari Ahad 20 Rabi’ul Akhir 1333 H dan meninggalkan beberapa orang putera yang telah memperoleh pendidikan sebaik-baiknya dari beliau sendiri, yang meneruskan cita-cita beliau dalam berdakwah dan menyiarkan agama.
Di antara putera-putera beliau yang dikenal di Indonesia ialah puteranya yang bungsu: Al-Habib Alwi bin Ali Al-Habsyi, pendiri Masjid “Riyadh” di kota Solo (Surakarta). Beliau dikenal sebagai pribadi yang amat luhur budi pekertinya, lemah-lembut, sopan-santun, serta ramah-tamah terhadap siapa pun terutama kaum yang lemah, fakir miskin, yatim piatu dan sebagainya. Rumah kediamannya selalu terbuka bagi para tamu dari berbagai golongan dan tidak pernah sepi dari pengajian dan pertemuan-pertemuan keagamaan.Beliau meninggal dunia di kota Palembang pada tanggal 20 Rabi’ul Awal 1373 H dan dimakamkan di kota Surakarta. Banyak sekali ucapan Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi yang telah dicatat dan dibukukan, di samping tulisan-tulisannya yang berupa pesan-pesan ataupun surat-menyurat dengan para ulama di masa hidupnya, juga dengan keluarga dan sanak kerabat, kawan-kawan serta murid-murid beliau, yang semuanya itu merupakan perbendaharaan ilmu dan hikmah yang tiada habisnya.
Dan di antara karangan beliau yang sangat terkenal dan dibaca pada berbagai kesempatan di mana-mana termasuk di kota-kota di Indonesia, ialah risalah yang berisi kisah Maulid Nabi Besar MUHAMMAD SAW dan diberinya judul “Simthud Duror Fi Akhbar Maulid Khairil Basyar wa Ma Lahu min Akhlaq wa Aushaf wa Siyar (Untaian Mutiara Kisah Kelahiran Manusia Utama, Akhlak, Sifat dan Riwayat Hidupnya)
💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖

AL IMAM AL QUTHUBUL WUJUD AL HABIB ALI BIN MUHAMMAD AL HABSYI DI HADAPAN IBUNYA.

Salah satu yang membuat al-Habib Ali menjadi besar maqom beliau adalah kuatnya kebaktian Serta hormat beliau kepada sang ibu, bahkan beliau tidak meresa memiliki harta ataupun barang yang berharga selagi ibu beliau masih hidup padahal al-Habib Ali memiliki harta yang barokah dan melimpah, semua yang beliau miliki di manfaatkan untuk membuat sang ibu ridho dan gembira

ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺤﺒﻴﺐ ﻋﻠﻲ ﺍﻟﺤﺒﺸﻲ : ﻣﺎ ﺃﺣﺴﺐ ﺍﻧﺎ ﻣﻌﻲ ﺷﻴﺊ ﺍﻭ ﺃﻣﻠﻚ ﺷﻴﺊ ﻭﺃﻣﻲ ﻓﻲ ﻗﻴﺪ ﺍﻟﺤﻴﺎﻩ ﻓﻤﺎ ﺍﻣﻠﻚ ﻛﻠﻪ ﺣﻘﻬﺎ
.
al-Habib Ali al-Habsyi berkata: “Aku tidak merasa memiliki sesuatu atau merasa mempunyai hak atas diriku selagi ibu masih hidup, karena yang aku miliki semuanya adalah milik ibuku.”
.
Sebuah pelajaran yang berharga, di zaman ini banyak anak-anak yang sangat pelit terhadap orang tuanya dan merasa berat jika ingin memberikan sebagian uangnya atau sesuatu, tapi jika ia memberi teman dekat atau istrinya ia tanpa perhitungan.
.
Ketahuilah bahwa apa yang kita berikan kepada orang tua adalah hutang yang akan ALLAH bayar berlipat ganda apalagi ketika orang tua kita telah tiada..
Bahkan ALLAH akan mempersiapkan anak-anak kita yang akan berbakti pada kita
.
ﺍﻟﺒِﺮُّ ﺳَﻠَﻒ
.
Berbakti itu adalah laksana hutang
.
ﻛَﻤَﺎ ﺗَﺪِﻳﻦُ ﺗُﺪَﺍﻥ
Sebagai mana engkau mengutangi maka dengan hal itu engkau akan di bayar.
.
Jika memberi hutang kebaikan maka akan di bayar kebaikan yang lebih. Jika kau meberikan kejelekan pada orang tua maka hutang kejelekan dan rasa pelit itu akan di bayarkan padamu oleh anak-anakmu.
.
Apakah kita tidak takut di masa kita tua & lemah serta tidak mampu melakukan apa apa, kemudian datang anak anak kita dengan sifat yang jelek dan mencemoohkan kita, tidak mau meleyani kita, tidak mau memberikan sedikit uang nya pada kita yang lemah dan sangat perlu bantuan, atau tidak kah kita takut jika anak anak kita memberi kita uang yang sangat sedikit dengan lisan yang selalu mencelah kita dan mengatakan kepada kita.
.
Yakinlah… Kebahagian anda Dunia Akherat atas kadar memasrahkannya semua yang kita miliki pada orang tua maka atas kadar itu juga derajat kita di sisi ALLAH.SWT..
.
Al-Habib Ali al-Habsyi memasrahkan jiwa dan raganya untuk sang ibu, beliau berkata : “Jika ibuku membawaku kepasar dan berkata ini adalah budak ku dan aku akan menjualnya.. maka aku ( kata Habib Ali ) tidak akan memungkiri di depan orang klo aku adalah budaknya..
.
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺤﺒﻴﺐ ﻋﻠﻲ ﺍﻟﺤﺒﺸﻲ :
.
ﻟﻮ ﺇﺩﻋﺖ ﺃﻣﻲ ﺭﻗﻲ ﻭﺧﺮﺟﺖ ﻭﺑﺎﻋﺘﻨﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﺴﻮﻕ ﻣﺎﺑﺎﺃﻧﻜﺮ
.
.

💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖

Sedikit Ulasan,
Qosidah ini adalah qosidah kenangan, kecintaan yang Habib Ali bin Muhammad al Habsyi kenang tentang Gurunya

Guru beliau adalah al Quthb al Habib Abu Bakar bin Abdillah al Athos

Dan beliau mengaku Habib Abu Bakar adalah segalanya baginya, dan yang menyampaikan beliau dengan apa yang dicapai sekarang

Sehingga di Qosidah itu beliau Habib Ali memuji Gurunya dan tempat kenangan bersama bertemu gurunya di Huroidhoh

Huroidhoh adalah pusat marga al Athos berada. Salahsatu kota di Hadhramaut yang berjarak lumayan jauh dari Seiwun tempat Habib Ali berasal

Beliau berkata di awal Qosidahnya “Fii Huroidhoh Qod Hadhornaa, Majma’al Qoumil Kiroomi”

Di Huroidhoh aku telah datang, tempat perkumpulan kaum yang mulia

Beliau menisbatkan perkumpulan mulia kepada kota itu karena sang Guru al Habib Abu Bakar bin Abdulloh Al attas.
🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀
ﻳﺎﻟﻠﻪ ﺑﺎﻟﺘﻮﻓﻴﻖ ﺣﺘﻰ ﻧﻔﻴﻖ ﻭﻧﻠﺤﻖ ﺍﻟﻔﺮﻳﻖ …
.
Mudah mudahan kita mendapat taufiq sehingga kita bisa di golongkan dengan orang orang sholeh…
ﺁﻣﻴﻦ ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺁﻣﻴﻦ ….
Semoga keberkahan Haul dan Maulid Simtudduror tersebar untuk kita, Negara kita, Masyarakat kita, Pemimpin kita

Amiin Yaa Robbal ‘Alamin.