Selamat Pagi, Gus!
Oleh: MAMAN IMANULHAQ (Penulis Buku Antologi Puisi “Kupilih Sepi”)
Selamat pagi, Gus.
Aku mendengar sholawatmu semalaman
Kiranya kau tak pernah tidur. Tidak pernah lelah.
Sedang hari pun luluh. Dan kami hanya terongok di sudut waktu.
Selamat pagi, Gus.
Aku dengar kau terus berkhutbah
Tentang pentingnya hati dalam demokrasi
Kemerdekaan itu, katamu, adalah keikhlasan mengakui keterjajahan
Dari hasrat menguasai dari ketamakan mendzalimi diri sendiri.
Selamat pagi, Gus.
Kau benar, kami hanya anak-anak di taman bermain yang lupa.
Tiba-tiba hari telah senja. Kami asyik berebut khuldi
Sedang ular yang melingkar di pohon itu terus mengancam
sementara, rakaat shalatku
mengingatkan pada menara pisa
sedikit condong tapi angkuh
sepanjang sholatku
jiwa terhijab dan sirna
bagai greatwall di Cina
dalam sujudku
kulihat silhouette kabah
bayangan Tuhan sulit diterka
Selamat pagi, Gus.
Aku mendengar sholawatmu
Yang meresap bersama embun.
Lelaplah, di tanah, kau menjadi pupuk
Tapi maafkanlah kami yang terus tumbuh menjadi alang-alang
Selamat pagi, Gus,
Salam.
Jatiwangi, 23 Oktober 2014